Senin, 14 Januari 2013

teologi ekaristi


Nama: Christo C. Pascalis Waluyan
Tingkat/Semester: III/V
Mata Kuliah: Teologi Ekaristi
Transubstansi Roti-Anggur menjadi Tubuh-Darah Kristus
A.    Beberapa teks kitab suci yang menunjukkan transubstansi Roti-Anggur menjadi Tubuh-Darah Kristus:
1.      Mat. 26:26-28: Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.
2.      Mrk. 14:22-24:  Dan ketika Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Ambillah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka, dan mereka semuanya minum dari cawan itu. Dan Ia berkata kepada mereka: "Inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang.
3.      Luk. 22:19-20: Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku." Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.
4.      1 Kor. 11:21-25: Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk. Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji. Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!"
5.      1 Kor. 11:27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.
B.     Refleksi Teologis Tentang Transubstansi Roti dan Anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristtus.
Perjamuan Ekaristi merupakan warisan penting yang Yesus berikan kepada pengikut-Nya. Salah satu tolak ukurnya adalah pada saat Yesus mengadakan Perjamuan Malam terakhir bersama dengan murid-murid-Nya. Dalam perjamuan ini terjadilah apa yang disebut dengan perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Berbagai macam penafsiran bahkan protes yang timbul tentang perubahan yang terjadi ini. Beberapa Gereja tertentu tidak setuju bahwa perubahan itu terjadi, namun perubahan itu hanya simbol saja. Berbeda jauh dengan pandangan Gereja Katolik yang mengatakan bahwa perubahan itu sungguh-sungguh terjadi. Buktinya dapat dilihat dalam pemaparan ayat-ayat kitab suci di bagian awal.
Untuk mengerti akan sesuatu yang bilanglah tidak dapat dapat diterima dengan akal budi, maka para Bapa Gereja membuat refleksi tentang hal ini. Selain refleksi terdapat juga ajaran ataupun anjuran yang terdapat dalam ensiklik-ensiklik yang memberikan uraian jelas tentang perubahan yang terjadi dalam perayaan Ekaristi. Tujuannya agar Ekaristi ini semakin dekat, dimengerti, dihayati, diimani, dan dipraktekkan dalam kehidupan iman umat kristiani.
Kata transubstansi menunjuk pada perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Kata lain yang biasanya dipakai adalah transfinalisasi atau transubstansiasi. Transfinalisasi berasal dari bahasa Latin Transfinalization, sedangkan kata transubstansiasi berasal dari bahasa Latin juga yaitu Transubstantiation.  Kedua kata ini menunjuk pada arti yang sama yaitu perubahan. Kata ini biasanya dipakai untuk menunjukkan perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri.[1]
1.      Ensiklik Mysterium Fidei
Ensiklik ini dikeluarkan oleh Paus Paulus VI. Salah satu masalah serius yang dibahas di dalamnya adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Pada waktu itu perubahan ini menjadi sorotan yang sangat serius. Masalahnya adalah apakah Kristus sungguh-sungguh hadir dalam dalam roti dan anggur itu? Permasalahan ini muncul pada pertengahan abad 20. Masalah yang timbul adalah konsep tentang transsubstantiatio. “Istilah substantia tidak lagi dipahami sebagai hakikat atau esensi dari sesuatu hal, … tetapi dimengerti sebagai materi atau bahan fisik. … Pemahaman modern terhadap konsepsi substansi sebagai materi atau bahan ini jelas dipengaruhi oleh ilmu alam dan pengetahuan yang berkembang pada zaman ini.”[2] Nah beberapa teolog berupaya memakai istilah lain berkaitan dengan perubahan roti dan anggur ini. Namun, pemakaian istilah yang baru memberikan pemahaman  dan pengahayatan yang kurang pas  dari perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Berdasarkan hal ini maka Paus Paulus VI memberikan komentarnya dalam ensiklik Mysterium Fidei ini. Dalam ensiklik  dikatakan bahwa perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus bukan hanya terjadi secara fungsi, tujuan dan maksudnya saja melainkan seluruh bagian secara esensial dari roti dan anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus.[3] Bapa Paus Paulus VI menyadari bahwa perubahan yang terjadi dalam roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus bukanlah perubahan yang terjadi secara fungsi bahkan simbolik saja. Namun, perubahan itu memang sungguh-sungguh terjadi, dan Kristus berada dalam roti dan anggur yang telah berubah itu.[4]
Dengan demikian benarlah apa yang disampaikan oleh St. Cyrilus dari Yerusalem, roti kelihatan roti tetapi bukanlah roti. Anggur kelihatan anggur tetapi bukanlah anggur. Walaupun begitu ketika merasakannya rasanya adalah roti dan anggur. Namun, itu bukanlah roti dan anggur tetapi  itu adalah Tubuh dan Darah Kristus yang telah berubah dari roti dan anggur.[5]  St. Cyrilus ingin mengungkapkan bahwa roti dan anggur itu bukanlah roti dan anggur yang biasa lagi, namun Kristus ada disitu. Memang kelihatannya seperti roti dan anggur biasa saja. Jika dirasakan rasanya pun tetap sama saja. Namun, perubahan atau peristiwa transfigurasi telah mengubah roti dan anggur itu menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Bentuknya tetap sama, namun esensialnya telah berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Dengan demikian Kristus hadir dalam roti dan anggur tersebut.
C.     Pesan Untuk Umat Masa Kini Berkaitan Dengan  Transubstansi Roti dan Anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus.
Perkembangan zaman membawa pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan iman umat. Ilmu pengetahun dan penggunaan ratio membuat orang sering kali lupa akan agama yang ia anut. Orang semakin tidak percaya akan agama dan lebih berdiri pada kemampuan dirinya. Orang di zaman modern ini dihadapkan dengan berbagai macam hal yang membuat guncang iman mereka. Orang modern mengalami krisis iman yang luar biasa. Beberap bentuk krisis iman yang dialami oleh orang modern adalah Deisme, Agnostisisme, Ateisme.[6] Alhasil banyak orang yang semakin jarang datang ke Gereja untuk merayakan Ekaristi bersama setiap hari minggunya. Datang untuk merayakan Ekaristi hanya membuang-buang waktu saja dan tidak ada gunanya.
Untuk mengatasi krisis iman itu maka perlulah membangun komunikasi yang baik dengan Allah. Komunikasi ini terjadi apabila kita bisa membuka diri untuk menerima rahmat Allah yang dicurahkan kepada kita. Salah satu sarana yang tepat adalah dengan mengikuti perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi adalah perayaan yang menyelamatkan, memberi pemahaman, dan penghayatan yang baik dalam diri kita. Dalam perayaan yang menyelamatkan itu kita bisa melihat perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Kristus sendiri. Bahkan kita bisa menyantap Tubuh dan Darah Kristus itu. Setelah kita mengalami dan merasakan sendiri apa yang terjadi, maka terciptalah sebuah hubungan intim yang mersra dengan Allah. Hubungan yang personal itu membantu kita untuk semakin merasakan kehadiran Allah dalam diri kita, Allah ada dan menyertai kita selalu di mana pun kita berada, di dunia yang modern ini sekalipun. Allah tetap mereja dan menguasai ciptaan-Nya sampai akhir zaman.
·         Kehadiran Allah dalam Kehidupan Manusia
Umat Katolik yang hidup di zaman modern mengalami krisis iman. Berbagai macam pertanyaan diajukan tentang ajaran iman Katolik. Apalagi jikalau orang dalam berada dalam kesusahan, eksistensi Allah sering dipertanyakan. Orang bertanya apakah Allah masih ada diantara kita? Kapan manusia akan mengalami kehadiran Allah?
Semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Allah mengutus Putra-Nya datang ke dunia untuk secara aktif hadir bersama dengan umat-Nya dan menyelamatkan mereka dari kebinasaan dosa. Melalui Yesus Kristus kita semua memperoleh penebusan dosa dan bisa bersatu dengan Allah. Selain itu pula Yesus sehakekat dengan Allah. Dengan demikian, di dalam Yesus, Allah hadir, turun menyertai umat-Nya dalam perziarahan di muka bumi ini. “Kristus adalah kesatuan antara yang transenden dan yang imanen, … Bila sakrament Allah dan kebersamaan dengan Allah itu sungguh hadir dalam Ekaristi yang dibagi-bagikan, maka kita yang menyambutnya pun boleh mengalami Allah dan dipersatukan dengan-Nya.”[7]  Melalui Yesus Kristus, kita manusia yang berdosa dapat merasakan kehadiran Allah. Kita semua dapat merasakan kehadiran Allah secara langsung melalui Sakrament Ekaristi. Perubahan roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus memungkinkan kita untuk dapat merasakan kehadiran Allah secara nyata.
Daftar Pustaka:
1.      Y.B. Prasetyantha, MSF (Edt). Ekaristi Dalam Hidup Kita. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
2.      Albertus Sujoko.  Beriman Sebagai Orang Modern. Jakarta: Cahaya Pineleng, 2008.
3.      E. Martasudjita, Pr. Ekaristi, Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
4.      Saint Cyrillus (Bishop Of Jerusallem). The Catechetical Lectures Of S. Cyril, Archbishop Of Jerusalem, edt. John Henry Parker. (London: J.G. and F. Rivington, 1931), hlm. 278. Buku  berbentuk ebook diambil dari http://books.google.co.id/books?id=Rj0QAAAAYAAJ&printsec=frontcover&dq=st.cyrillus&source=bl&ots=PUGN0Ag6ql&sig=nioleTrWGRn4QcqbP3F-v8S8prk&hl=id&sa=X&ei=9Gk_UM7_GMPtrQepk4HoDw&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q=body%20of%20christ&f=false
5.      Gerald O’Collins. SJ dan Edward G. Farrugia, SJ. A Concise Dictionary Of Theology, diterjemahkan oleh I. Suharyo, Pr. Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
6.      Transcribed by Paul Halsall. Mysterium Fidei: Encyclical on the Holy Eucharist. His Holiness Pope Paul VI Promulgated on September 3, 1965. Diambil dari http://www.newadvent.org/library/docs_pa06mf.htm




[1][1] Lih. Gerald O’Collins. SJ dan Edward G. Farrugia, SJ. A Concise Dictionary Of Theology, diterjemahkan oleh I. Suharyo, Pr. Kamus Teologi. (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 338
[2] E. Martasudjita, Pr. Ekaristi, Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 336
[3] Bdk. Ibid 338
[4] Bdk. Mysterium Fidei No. 46
[5] Bdk. Saint Cyrillus (Bishop Of Jerusallem). The Catechetical Lectures Of S. Cyril, Archbishop Of Jerusalem, edt. John Henry Parker. (London: J.G. and F. Rivington, 1931), hlm. 278. Buku  berbentuk ebook diambil dari http://books.google.co.id/books?id=Rj0QAAAAYAAJ&printsec=frontcover&dq=st.cyrillus&source=bl&ots=PUGN0Ag6ql&sig=nioleTrWGRn4QcqbP3F-v8S8prk&hl=id&sa=X&ei=9Gk_UM7_GMPtrQepk4HoDw&ved=0CC4Q6AEwAA#v=onepage&q=body%20of%20christ&f=false
[6] Deisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu ada, namun tidak ada hubungannya dengan dunia dan manusia. … Alam bekerja sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Agnostisisme adalah aliran yang tidak mau peduli apakah Tuhan itu atau tidak. Ateisme adalah aliran yang mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada. lih. Albertus Sujoko, Beriman Sebagai Orang Modern, (Jakarta: Cahaya Pineleng, 2008), hlm. 94-98
[7] Y.B. Prasetyantha, MSF (Edt). Ekaristi Dalam Hidup Kita. (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hlm. 154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar