Ujian
Semester Moral Dasar
1. Apa
yang dimaksud dengan hukum kodrati dalam Teologi Moral Katolik! Apa relevansinya
bagi moral seksual: perkawinan dan selibat. Relevansinya bagi ASG: Keadilan,
miliki pribadi, dan HAM (hak untuk hidup, hak untuk kebebasan, dan hak untuk
mendapat upah yang adil)!
Jawaban:
a. Hukum
Kodrati dalam Teologi Moral Katolik berdasarkan apa yang diutarakan oleh St.
Thomas Aquinas. Hukum kodrati lebih dikenal dengan lex naturalis. Menurut St. T. Aquinas lex naturalis mencakup baik ordo
naturae maupun ordo orationis. Pemahaman
tentang ordo naturae dan ordo orationis berasal dari para pemikir
abad pertengahan. Ordo Naturae berarti
memberikan perhatian utama kepada struktur fisik-biologis yang terukir dalam
alam sebagai sumber norma moral. Sedangkan ordo
orationis memberikan perhatian kepada kemampuan ratio manusia untuk
menemukan di dalam pengalamannya apa saja yang baik untuk manusia. Dengan
menerima kedua hal ini maka St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa tata ciptaan
mengandung hukum kodrati, demikian pula akal budi manusia menjadi ukuran hukum
kodrati. Artinya, apa saja yang dihasilkan oleh akal budi manusia sebagai hal yang baik dan benar harus
diterima sebagai hukum moral yang bercorak kodrati.
b. Relevansinya
bagi perkawinan dan selibat; Berserta Ajaran Sosial Gereja
Bukanlah
suatu hal yang mudah untuk menjawab pertanyaan ini di zaman sekarang ini. Jika
ingin mencari gampang saja, maka tidak perlu berpikir susah atau jauh-jauh.
Kita tinggal melihat aturan gereja saja tentang hal ini. Gereja mengatakan apa
tentang hukum kodrat manusia yang akan kawin atau pun selibat. Nah, kita telah
tahu bersama bahwa dalam aturan Gereja Katolik yang akan kawin atau masuk dalam
sakramen perkawinan adalah pria dan
wanita. Jika demikian, maka selesailah masalahnya. Artinya, semua orang yang
beragama katolik itu harus menaati hukum Gereja. Menurut ajaran Gereja, pria
dan wanita itu harus bersatu dan itu memang sesuai dengan kodratnya. Hal ini
memang sudah sesuai dengan kodrat manusia dimana laki-laki dan perempuan itu
saling melengkapi. Permasalahan ini dengan sendirinya sudah teratasi. Namun,
jika hal ini terjadi pada zaman dahulu.
Tetapi, belum tentu zaman sekarang ini.
Perkembangan
zaman yang begitu cepat membawa dampak yang besar pula bagi kehidupan manusia.
Permasalahan-permasalahan baru muncul. Adanya homoseksual, aborsi, dan
sebagainya. Orang zaman modern berangapan bahwa
apakah perkawinan itu hanya terjadi antara pria dan wanita saja?
Bukankah pasangan sesama jenis juga memiliki peluang dan kesemptan yang sama untuk saling mencintai?
Bukankah pula hal ini sesuai dengan hak masing-masing orang? Setiap orang
memiliki haknya dan sama untuk menentukan pilihannya. Hal ini kan juga hak
asasi manusia. Berdasarkan masalah perkawinan ini gereja memberikan jawabannya.
Saya mengambil inspirasi dari tanggapan Gereja atas masalah ini: “Kami percaya bahwa hanya dalam suatu
hubungan perkawinan heteroseksual suatu tindakan seksual badani dapat diterima
secara moral. Hanya dalam perkawinan, hubungan seksual badani sepenuhnya
menandakan tujuan ganda sang Pencipta, sebagai suatu tindakan dari perjanjian
kasih, dengan kemungkinan menjadi rekan kerja Allah dalam penciptaan suatu
kehidupan manusia yang baru. Oleh karena itu, tindakan seksual badani kaum
homoseksual dipandang amoral. Seperti kaum heteroseksual, para laki-laki dan
perempuan homoseksual dipanggil untuk memberikan kesaksian kemurnian, dan
dengan rahmat Allah, menghindarkan diri dari perilaku yang salah bagi mereka,
seperti hubungan seksual di luar perkawinan adalah salah bagi para laki-laki dan
perempuan heteroseksual.” U.S. Bishops, Human Sexuality, #55.
Dari
ajaran Gereja diatas jelaslah sikap gereja katoliki terhadap perkawinan secara
katolik dan orang-orang yang homoseksual. Gereja juga tidak dengan sendirinya
membiarkan orang-orang yang homoseksual itu. Namun, dengan adanya kesadaran
yang tinggi akan perilaku tersebut, gereja memberikan peneguhan kepada
orang-orang ini. Gereja memberikan pendampingan kepada orang-orang seperti ini
dan mengupayakan agar orang-orang seperti ini dapat berkembang dalam
kehidupannya serta menjauhkan diri dari perkawinan sesama jenis. Mereka
mengembangkan diri dalam kemurnian kesaksian cinta Allah dalam kehidupan
mereka. (masalah ini juga sempat diangkat
dalam diskusi di kelas. Jawaban yang dihasilkan dalam diskusi itu, tidak jauh
berbeda dengan apa yang diungkapkan diatas. Demikian juga pengarahan dan
bimbingan dari dosen atas permasalahan diatas juga senada. Jadi, gereja tetap memang teguh ajarannya bahwa manusia itu secara
kodrati kawin dengan lawan jenisnya. Namun, sekaligus juga tidak menyangkal
adanya orang-orang yang homoseksual. Gereja membantu orang-orang ini untuk
dapat berkembang dalam kehidupannya).
Dalam
kaitannya dengan upah yang adil, hak untuk kebebasan, hak pribadi dan
sebagainya. Saya kira sikap gereja sudah sangat jelas dan tegas akan
bidang-bidang ini. Dengan adanya ajaran sosial gereja, merupakan suatu tanda
bahw gereja sangat menjunjung tinggi martabat manusia. Oleh karena itu diman
ada manusia, disitu gereja ada untuk mengembangkan martabat manusia yang secara
kodrati sungguh-sungguh luhur.
2. Jelaskan
bahwa penilaian moral atas suatu perbuatan itu tidak mudah karena setiap
perbuatan bercorak ambigu punya dimensi temporalitas dan spasialitas! Kaitkan
dengan actus internus dan actus eksternus!
Kita
tidak bisa menilai secara langsung suatu perbuatan itu baik atau tidak. Kita
tidak bisa menghakimi orang lain jahat
perbuatan membunuh yang telah dia lakukan. Contoh lain, kita tidak bisa
langsung menilai seorang frater atau mahasiswa itu malas hanya karena ia datang
terlambat ikut doa pagi atau terlambat masuk kelas. Kita dapat menilai
perbuatan itu sungguh-sungguh jahat, salah, tidak terlalu jahat, tidak terlalu
salah atau pun bisa dikatakan tidak “jahat atau salah”. Contohnya nilai kejahatan akan berbeda
dikenakan kepada orang yang membunuh karena benar-benar jahat dan dengan orang yang membunuh karena ingin
mempertahankan diri atau membela diri. Bahkan ada orang-orang tersebut disebut
pahlawan. Contohnya saja para polisi atau tentara yang membunuh teroris atau
penjahat.
Penilaian
kasus seperti diatas dapat terjadi karena suatu perbuatan manusia itu mempunyai
dimensi temporalitas dan spasialitas. Dimensi temporalitas menunjukkan bahwa
setiap perbuatan manusia berada pada suatu ruang lingkup atau mempunyai dimensi
waktu. Kondisi ini membatasi manusia untuk dapat melakukan kegiatan baiknya.
Dimensi ini memaksa manusia untuk memilih suatu tindakan mana yang harus ia
lakukan. Manusia harus mampu untuk membuat suatu prioritas dalam kehidupannya
untuk memilih tindakan mana yang paling baik, mendesak, dan cocok untuk
dilakukan pada waktu itu. Contohnya: ada seorang bapak atau kepala keluarga.
Anaknya dan istrinya sedang sakit di rumah. Ia ingin sekali merawat mereka.
Namun, jika ia merawat mereka di rumah berarti ia tidak bekerja. Kalau tidak
bekerja berarti tidak ada pemasukan bagi keluarga untuk makan dan untuk membeli
obat. Setelah melihat kondisi dan berdialog dengan istrinya maka bapak ini
memutuskan ia pergi bekerja. Ia melihat bahwa istrinya walaupun sakit tetapi
bisa menjaga diri dan anaknya. Bapak ini tidak bisa melakukan dua hal baik
secara bersamaan. Oleh karena itu ia membutuhkan penentuan skala prioritas
dalam kehidupannya. Perbuatannya itu dibatasi dengan dimensi temporalitas.
Dalam
dimensi spasialitas menunjukkan bahwa setiap tindakan selalu mengandung
komplesitas dan terdapat segi positif dan segi negatifnya. Banyak aktivitas
manusia yang menguntungkan dan pada saat yang sama juga merugikan. Ambil saja
dari contoh yang dipakai diatas. Setelah bapak itu berdialog dengan istrinya,
ia memutuskan untuk pergi bekerja. Pergi bekerja merupakan suatu tindakan yang
baik. Namun, ia meninggalkan anak dan istrinya yang sedang sakit. Hal inilah
yang menjadi segi negatifnya. Oleh karena itu, tidak mudahlah untuk menilai
suatu tindakan manusia itu benar-benar baik atau tidak. Dalam contoh kasus
tadi, jika bapak itupun memilih tinggal bersama mereka, hal itu baik. Tetapi
buruknya mereka tidak memiliki uang untuk makan dan membeli obat ataupun biaya
rumah sakit agar anak dan istrinya itu dapat sembuh.
Menurut
saya pribadi, dari contoh diatas dapat dikatakanb bahwa tindakan yang diambil
oleh bapak itu sudah bijaksana. Ia melihat keadaan istrinya terlebih dahulu,
kemudian ia berdialog dengannya. Setelah melihat, menimbang-nimbang segala konsekwensi
yang ada, barulah ia mengambil suatu keputusan. Inilah suatu kebijakan dari
bapak itu. Dengan demikian ia bisa pergi bekerja, menghasilkan uang agar mereka
bisa makan dan minum obat. Baik tidaknya suatu perbuatan itu ditentukan juga
oleh dimensi temporalitas dan spasialitas. Sebagai sarana agar kita tidak
bingung maka bijaksanalah untuk menentukan hal mana yang paling baik dilakukan
dengan skala prioritas. Jika merasa bingung untuk menentukan pilihan,
berdialoglah dengan orang-orang yang ada disekitar kehidupan kita.
3.
Sebenarnya
Yesus dari Nazareth itu siapa? Misteri identitasnya mau dijelaskan bagaimana? Apakah Dia tahu
bahwa diri- Nya adalah Putra Allah? Apakah itu bukan merupakan kesan dari para
pengikut-Nya saja! Termasuk juga kesan dari para penginjil sinopti. Hal ini berkaitan dengan Kristologi Implisit!
Coba dijelaskan!
Jawaban:
Siapa yang tidak mengenal
Yesus. Bahkan orang yang bukan Kristiani pun mengenal sang sosok yang sangat-sangat berpengaruh dalam
kehidupan umat manusia. Semenjak dahulu sampai sekarang Yesus adalah tokoh yang memberikan pengaruh
yang sangat besar. Ia diimani, ajarannya diikuti dan diteladani.
Banyak orang rela mati untuk membela ajaran yang diwariskan oleh Yesus ini.
Bahkan sampai sekarang Yesus menjadi tokoh kontroversial. Banyak orang dengan
berbagai latarbelakang membuang waktu
bertahun-tahun untuk belajar, mengadakan penelitan, membuang uang yang begitu banyak hanya untuk menjelaskan
identitas Yesus yang sudah meninggal beribu-ribu tahun yang lalu. Anehnya,
bukan hanya orang kristiani yang melakukan hal ini tetapi ada banyak orang yang
beragama lain melakukan hal tersebut. Terlepas dari motivasi dan tujuan mereka masing-masing yang pastinya
sampai sekarang ini pun identitas Yesus tetap terus dicari oleh banyak orang.
Identitas Yesus tetap suatu yang misteri dan tak dapat disentuh secara mendalam
dan menyeluruh oleh akal pikiran manusia.
Sebenarnya fakta diatas telah bisa menjelaskan siapa
Yesus itu dan identitasnya. Pengalaman akan banyak orang yang begitu tertarik
dengan pribadi ini telah menyatakan kepada kita siapa Yesus ini. Selain itu
pula pengalaman dimana pribadi ini tetap sulit dijelaskan dan akal budi manusia
tidak dapai mencapainya, adalah suatu bukti yang kuat pula. Dengan demikian,
Yesus bukanlah manusia biasa, identitasnya tidak dapat dikenal dengan
penelitian seakurat apapun, ia lahir, datang ke dunia, dan kembali ke tempat
asalnya. Atas dasar inilah, dengan memakai metode dan peralatan yang se modern
mungkin, identitasnya tetaplah suatu yang tidak bisa diketahui secara mendalam.
Namun, agar penjelasan ini lebih ilmiah, maka saya memakai
apa yang telah di tulis oleh Dosen pembina P. Dr. Albertus Sujoko, MSC dalam
traktat mata kuliah ini. Saya setuju
dengan pemaparan yang begitu bagus
tentang pribadi Yesus itu sendiri. Ada ahli yang mengatakan bahwa tidak
perlu mengenal Yesus historis, yang penting iman akan Yesus saja cukup. Namun,
Yesus ini adalah seorang pemberi dan
pengajar iman. Tidak mungkinlah ribuan orang di dunia ini menyandarkan imannya
pada orang yang mungkin saja tidak ada,
atau hanya cerita dongeng saja. Oleh
karena itu diperlukan penjelasan historis yang ilmiah berdasarkan fakta yang
dapat diterima oleh akal budi. Yesus itu
sungguh manusia. Ia dilahirkan oleh
seorang wanita, Ia memiliki ayah. Ia lahir dalam kurun waktu tertentu. Semua tentang
peristiwa kehidupan Yesus ada dalam Kitab Suci. Ia sangat historik.
Kalau tidak historik, tidak mungkin para murid menceritakan kejadian-kejadian
yang dia alami.
Yesus sungguh-sungguh sadar bahwa Dia adalah Putra Allah.
Dari mana buktinya? Pertama, Kita
dapat membaca dari khotbah-khotbah-Nya. Khotbah-khotbah-Nya begitu berbeda
dengan para nabi, rabbi, dan Guru. Orang yang mendengarnya meraskan sendiri
akan perbedaan pengajaran Yesus itu. Kedua,
tingkah laku dan pelayanan Yesus.
Yesus tidak membeda-bedakan orang. Ia melayani semua orang bahkan
bersama pemungut cukai dan orang berdosa. Tingkah laku ini jelas saja melawan
kuluture atau budaya yang berlaku pada waktu itu. Ketiga, pemilihan para murid. Yesus memiliki kuasa untuk memilih
para murid-Nya dan kesatuan dengan Yesus adalah kesatuan hidup sampai
selama-lamanya. Keempat, cara Yesus
menyatap Tuhan Allah, cara Yesus
berelasi dengan Bapa-Nya. Ia sering
menggunakan kata Abba yang berarti papa. Selain itu pula menggunakan kata Bapa. Hal ini dapat menjadi bukti bahwa Yesus itu
sungguh sadar bahwa Ia adalah Putra Allah.
4.
Apa
artinya Kristologi Eksplisit! Ada tuduhan bahwa Yesus dibuat menjadi Tuhan oleh
St. Paulus dan penginjil Yohanes. Bagaimana Pendapat anda!
Kristologi Eksplisit adalah refleksi tentang gelar-gelar kristologi “post-pascal”. Pokok material adalah yesus
iman bukannya Yesus historik. Yesus sebagaimana yang diwartakan oleh para
murid.
Saya kira kalimat ini bisa memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan diatas (kalimat ini saya ambil dalam traktat dari dosen, hlm. 120): “... Pengakuan kristen bahwa Yesus adalah Putra Allah tidak bisa direduksikan ke dalam pengaruh-pengaruh filsafat Yunani dan kitab-kitab Yahudi. Tidak bisa dikatakan bahwa pengaruh kedua gagasan itu “membuat” Yesus menjadi Allah. Alasannya ialah bahwa Yesus yang disalibkan adalah batu sandungan bagi orang Yahudi dan kebodohan bagi orang Yunani. Ide tentang divine man dan kebijaksanaan sebagaimana dimengerti oleh orang Yunani dan Yahudi tidak cocok untuk diterapkan kepada Yesus yang tersalib. Kalau begitu, maka pengakuan iman ini berasal dari “fenomena” kekristenan sendiri yang berangkat dari pengenalan mereka atas pribadi Yesus Kristus.”
Saya kira kalimat ini bisa memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan diatas (kalimat ini saya ambil dalam traktat dari dosen, hlm. 120): “... Pengakuan kristen bahwa Yesus adalah Putra Allah tidak bisa direduksikan ke dalam pengaruh-pengaruh filsafat Yunani dan kitab-kitab Yahudi. Tidak bisa dikatakan bahwa pengaruh kedua gagasan itu “membuat” Yesus menjadi Allah. Alasannya ialah bahwa Yesus yang disalibkan adalah batu sandungan bagi orang Yahudi dan kebodohan bagi orang Yunani. Ide tentang divine man dan kebijaksanaan sebagaimana dimengerti oleh orang Yunani dan Yahudi tidak cocok untuk diterapkan kepada Yesus yang tersalib. Kalau begitu, maka pengakuan iman ini berasal dari “fenomena” kekristenan sendiri yang berangkat dari pengenalan mereka atas pribadi Yesus Kristus.”
Jika ditanya, apa pendadapa saya tentang hal ini? Yesus
memang sudah sunguh Allah. Ketika manusia mengatahui siapa Yesus itu, Yesus
telah menjadi atau bereksistensi sebagai anak Allah. Seluruh pemahaman dan
pengertian yang ada, semuanya berasal dari Kristus sendiri. Semunya itu berdasarkan kisah, ataupun
kesaksian yang telah diberikan oleh para murid. Para murid kemudian
menceritakan kepada kita semua. Dengan
demikian tidaklah benar bahwa Yesus hanya dituankan oleh St. Paulus dan
Yohanes. Hal itu tidak memadai. Paulus dan Yohanes tidak memberikan gelar ketuhanan kepada Yesus. Hal itu memang
sudah ada dalam diri Yesus yang akan
datang. Yesus memang sudah Tuhan.
5.
Bagaimana cara menjelaskan bahwa Yesus itu relevan dengan saya! Jelaskan
pula bahwa identitas Yesus atau misteri keberadaan pribadi Yesus itu menjadi
landasan hidup moral yang baik untuk saya!
Jawaban:
Yesus itu sangat relevan dengan manusia. Bagaimana
caranya? Ia hadir, datang, dan tinggal bersama dengan manusia. Ia ingin agar
manusia dapat merasakan kehadirannya secara baik dan mantap. Oleh karena itu Yesus solider
dengan manusia. Bagaimana yesus solider dengan manusia? Pertama, solidaritas demi kesamaan; maksudnya, Yesus solider dengan
manusia dengan kehadiran-Nya di antara manusia. Ia menjadi sama dengan manusia
dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Kedua,
Yesus solider dengan manusia dengan mengambil “kemanusiaan” dalam diri-Nya,
sehingga Ia menjadi pemenuhan dari kemanusiaan kita. Ketiga, solidaritas demi identitas-Nya sebagai Putra Allah;
maksudnya, Yesus solider dengan manusia dalam kapasitasnya sebagai dia yang
mampu menjadi jawaban atas misteri manusia.
Mengapa hidup Yesus menjadi landasan moral bagi saya?
Kitab Suci telah memberikan kesaksian tentang kehidupan Yesus itu sendiri.
Gereja Katolik juga memberikan perhatian yang besar lewat ajaran moral yang
dikeluarkan oleh Yesus sendiri. Ajaran moral gereja berdasarkan sikap dan
kehidupan dari Yesus sendiri. Alasannya sudah sangat jelas, sikap hidup Yesus
sungguh-sungguh mencerminkan akan ajaran yang sementara Ia wartakan. Hidupnya
begitu saleh, baik dan teratur. Yang terutama pula, yang harus di contohi oleh
para calon pelayan adalah cara hidup seorang hamba yang dimiliki oleh Yesus.
Yesus melayani dan menerima semua orang. Cara hidup seorang hamba berarti siap
melayani tuannya dengan sepenuh hati,
tanpa mengharapkan imbalan.
Yesus menjadi sama dengan kita manusia agar kita mampu
untuk meneladani sikap-Nya. Dengan
menjadi manusia, Yesus menarik segala dosa kita dalam diri-Nya. Dengan menjadi
manusia berarti kita akan lebih dapat mengerti akan sikap, tindakan, dan
perkataan Yesus. Yesus membantu kita
dalam menjalankan kehidupan setiap hari kita dengan baik. Untuk dapat hidup
bermoral dengan baik, teladanilah sikap dan tindakan dari Yesus sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar