Bab III: Memperjuangkan Kejujuran
Jujur berarti tulus hati, tidak curang
terhadap diri sendiri dan tidak curang terhadap orang lain. Kejujuran merupakan
keselarasan antara kata hati dan kata yang diucapkan, antara kata hati dan kata
yang diucapkan, antara kata yang diucapkan dan sikap serta perbuatan nyata.
Sebagai orang Kristen kita dinasehati untuk selalu bersikap jujur. Di tengah
berbagai ketidakjujuran dan ketidakbenaran, kita harus tetap bersikap benar,
jujur, dan adil.
KETIDAKJUJURAN
DALAM MASYARAKAT
1. Bentuk-bentuk
ketidakjujuran
a. Ketidakjujuran
di bidang politik: penguasa bisa bersikap curang, korup, untuk kepentingan diri
dan golongannya sendiri. Mereka dapat memanipulasi undang-undang dan peraturan,
atau menggunakan agama untuk kepentingan politik dan sebagainya. Selain itu
rakyat jelata yang menghadapi kekauasaan sewenang-wenang akan bersikap munafik,
formalitik, ABS, dan sebagainya.
b. Ketidakjujuran
dalam bidang ekonomi: penguasa dan pengusaha akan bersikap korup, menggelapkan
uang Negara, menyusun proyek fiktif, dan sebagainya. Rakyat berusaha untuk
menyuap, bersikap ABS, menipu dan sebagainya.
c. Ketidakjujuran
di bidang budaya atau pendidikan: penguasa merekayasa pendidikan, termasuk
undang-undangnya, mentolerir budaya
daerah tertentu dan mendiskreditkan budaya daerah lain, untuk kepentingan
tertentu.
d. Rakyat
dan anak didik akan bersikap formalistic, munafik, dan sebagainya.
2. Alas
an dan akar ketidakjujuran
a. Alasan
ketidakjujuran di bidang politik tentu saja keserakahan pada kekuasaan.
Kekuasaan memang seperti opium. Orang terdorong untuk selalu menambah atau
mempertahankannya, apa pun taruhannya. Tujuan kekuasaan bisa menghalalkan
segala cara. Rakyat kecil terpaksa melakukan ketidakjujuran demi rasa aman.
b. Alasan
ketidakjujuran di bidang ekonomi adalah keserakahan pada materi, pada harta,
khususnya pada uang. Uang menjadi dewa baru bagi manusia zaman ini, yang sudah
hanyut dalam budaya konsumerisme dan hedonism. Uang dapat membeli apa saja,
termasuk kejujuran. Rakyat kecil terpaksa melakukan ketidakjujuran untuk
mempertahankan hidup.
c. Alasan
ketidakjujuran dibidang budaya barangkali adalah harmoni palsu. Orang bersopan
santun secara formal dan munafik demi harmoni palsu tersebut.
3. Akibat
dari ketidakjujuran
a. Bagi
para pelaku:
·
Walaupun hidup berkelimpahan dan senang,
tetapi ia belum tentu bahagia.
·
Hati nurani akan mati kalau
ketidakjujuran dilakukan berulang-ulang.
·
Moral dan kepribadiannya akan merosot.
·
Mungkin saja suatu saat ia serta
keluarganya akan menderita, jika ketidakjujurannya terbongkar, dan sebagainya.
b. Bagi
masyarakat luas:
Ketidakjujuran merupakan salah satu akar berbagai
krisis multi dimensi yang dialami negeri kita. Karena ketidakjujuran (dan
ketidakadilan), kita mengalami krisis di bidang politik/hukum, ekonomi,
lingkungan hidup, budaya, dan sebainya.
Ketidakjujuran
Dalam Terang Kitab Suci
Yesus
sangat tegas terhadap orang-orang yang munafik. Alasannya, orang munafik sulit
untuk bertobat karena merasa diri sudah suci. Mereka sudah puas mengandalkan
diri sendiri, dan tidak mengharapkan bantuan rahmat Allah. Mereka merasa diri
mampu merebut keselamatan dengan kekuatan dan jasa-jasa sendiri.
Yesus
menuntut kita untuk berkata dan bersikap jujur. Ia pernah berkata: Jika ya,
katakana ya, jika tidak, hendaklah kamu katakana tidak. Apa yang lebih berasal
dari di jahat! (Mat 5:37). Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak
hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berakata dusta, ia berkata atas kehendaknya
sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yoh. 8:44)
Yesus
menasehati kita untuk tidak bersumpah palsu. …, jangan bersumpah palsu,
malainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan. Jangalah juga engkau bersumpah
demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan
sehelai rambut pun.
KEJUJURAN
1. Arti
dan makna Kejujuran
Jujur
berarti apa yang ada dalam hati sama dengan apa yang diucapkan.
a. Kejujuran
bsia menjadi modal baik untuk perkembangan pribadi maupun kemajuan kelompok.
Orang yang jujur sanggup menerima kenyataan pada diri sendiri, pada orang lain,
dan kelompok. Sikap ini dapat membuahkan aneka perkembangan pribadi dan
kelompok.
b. Kejujuran
menimbulkan kepercayaan, yang menjadi landasan dari pergaulan dan hidup
bersama! Tanpa kejujuran orang tidak dapat bergaul dan hidup wajar.
c. Kejujuran
dapat memecahkan banyak persoalan, baik persoalan pribadi, kelompok,
maysarakat, maupun Negara. Kalau kita berpolitik secara jujur, membangun hidup
ekonmi secara jujur, berbudaya secara jujur, maka krisis mulitdimensi dapat
mulai teratasi.
d. Memperjuangkan Kejujuran
Untuk
memperjuangkan kejujuran, ada beberapa hal perlu diperhatikan, misalnya:
·
Kejujuran adalah sikap yang tidak bisa
dicapai dengan program jangka pendek yang bersifa teknis operasional belaka. Ia
merupakan gerakan moral yang menggunakan berbagai jaringan dan melibatkan
sebanyak mungkin orang, sehingga jangka waktunya pun sangat panjang.
·
Gerakan ini sungguh murni gerakan moral.
Hal-hal yang mengarahkan pada institusionalisasi sebaiknya dielakkan sedapat
mungkin. Institusi cenderung menjadi mapan dan terkotak-kotak. Gerakan moral hendaknya
selalu gerakan Kerajaan Allah yang dipelopori oleh Yesus Kristus sendir.
Gerakan moral ini bukan gerakan khusus Gereja Katolik.
·
Gerakan moral jangan sekedar menjadi
gerakan rohani, walaupun hal-hal yang rohaniah juga sangat dibutuhkan. Gerakan
moral ini harus bermuara pada aksi untuk pembaruan dan pembangunan masyarakat
yang sejahtera, yang adil.
·
Gerakan moral bolah saja diinspirasikan
dan diprakarsai dari atas, tetapi hendaknya mulai bertumbuh dan menguat dalam
basis-basis umat. Ia hendaknya mulai bertumbuh dari akar rumput, semakin lama
semakin menyebar dan meluas.
·
Pendekatan yang dipakai hendaklah
pendekatan proses yang komunikatif. Metode informasi, instruksi, dan pengarahan
tidak cukup efektif untuk menghasilkan suatu gerakan. Suatu gerakan hanya
terjadi kalau orang menyadari bahwa ada situasi yang memprihatinkan. Menyadari
situasi yang memprihatinkan akan terjadi kalau orang mampu mengamati dan
menganalisis situasi tersebut. Proses ini harus dialami sendiri dan dijalani
secara bersama-sama oleh suatu kelompok, yang menjadi asal muasal suatu
gerakan. Gerakan yang otentik tidak dapat diperintahkan atau diinsturksikan,
tetapi tumbuh dan muncul secara bebas.
·
Gerakan moral harus dimulai dari dalam
diri kelompok sendiri. Jangan menunggu! Kita sendiri mesti mulai dengan pola
hidup alternative yang mempunyai daya pikat, dalam hal ini hidup jujur apapun
tantangannya.
Hiduplah sejujur
mungkin dalam kehidupanmu,
karena jujur itu
penting.(pascal_2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar