Senin, 14 Januari 2013

pelajarann agama bab 2


Bab II: Memperjuangkan Kebenaran
Kebenaran berarti keadaan yang cocok atau sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Adalah suatu hal yang penting untuk memperjuangkan kebenaran dan senantiasa berkata dan hidup yang benar.
1.      Bentuk-bentuk kebohongan: berdusta dan saksi dusta: berdusta berarti mengatakan yang tidak benar untuk menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran paling serius terhadap kebenaran. Berdusta berarti berbicara atau berbuat melawan kebenaran untuk menyesatkan seseorang yang mempunyai hak untuk mengetahui kebenaran. Rekayasa atau manipulasi: rekayasa atau menipulasi berarti menyiasati atau mengarahkan orang lain ke suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, meskipun barangkali orang lain merugi. Rekayasa dan manipulasi bersifat mengelabui. Asal bapak senang: ABS adalah kata-kata dan sikap manis yang dilakukan hanya sekadar untuk menyenangkan atasan, meskipun barangkali jauh dari kebenarannya. Kata-kata dan sikap itu hanyalah formalitas belaka. Fitnah dan umpatan: fitnah atau umpatan ini sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir dan tidak selalu mengetahuinya sehingga sering kali tidak dapat membela diri.
2.      Sebab-sebab kebohongan: berbohong hanya sekedar iseng: orang dapat berbohong hanya karena ingin menikmati kesenangan murahan. Orang merasa senang jika ada orang lain yang tertipu. Berbohong untuk memperoleh keuntungan tertentu: para pedangan misalnya, kadang-kadang menipu supaya bisa mendapat untung lebih besar.  Berbohong karena takut dalam situasi terjepit: untuk menyelamatkan diri dari situasi yang sulit ia terpaksa berbohong.
3.      Akibat kebohongan: bagi diri sendiri: mendapat kenikmatan semu dalam jangka pendek, mengalami bencana pribadi dalam jangka panjang, kehilangan kredibilitas dan kepercayaan. Bagi yang dibohongi: pertama, yang dibohongi tentu saja mendapat gambaran yang salah dan bisa mengambil tindakan yang fatal bagi dirnya, dan mungkin bagi orang lain juga. Kedua, pihak yang dibohongi bisa masuk ke dalam komunikasi dan relasi semu dengan pihak yang membohonginya dan mungkin juga dengan pihak lain. Bagi masyarakat luas: banyaknya tindak penipuan, rekayasa, dan manipulasi bisa  membawa dampak yang amat merugikan bagi masyarakat luas.
Dalam tradisi Gereja: firman Tuhan kedelapan itu sudah ditafsirkan secara luas. Kita dilarang untuk berbohong dalam segala bentuknya. Bagi orang Kristen, mengatakan kebenaran adalah ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya berarti bicara sesuai dengan kenyataan, melainkan harus mengungkapkannya dalam sesuai dengan kenyataan, melainkan harus mengungkapkannya dalam semangat cinta kasih. Maka kita tidak perlu mengungkapkan semua kebenaran dengan sejujur-jujurnya tanpa memikirkan perlunya, akibatnya, dan kewajarannya. Ada kalanya kebenaran tidak perlu disebut-sebut, karena bila disebut akan berdampak buruk. Diam atau menyimpan kebenaran tidak otomatis berdusta. Orang harus menggunakan lidahnya dengan baik (bijaksana). Apalagi kalau kebenaran itu berhubungan dengan masalah rahasia jabatan (imam, dokter, advokat). Kebenaran tidak boleh diungkapkan kepada sembarangan orang tanpa mempertimbangkan perlunya dan tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar