Bab II: Memperjuangkan Kebenaran
Kebenaran berarti keadaan yang cocok atau sesuai
dengan hal yang sesungguhnya. Adalah suatu hal yang penting untuk
memperjuangkan kebenaran dan senantiasa berkata dan hidup yang benar.
1.
Bentuk-bentuk kebohongan: berdusta dan saksi dusta: berdusta
berarti mengatakan yang tidak benar untuk menyesatkan. Dusta adalah pelanggaran
paling serius terhadap kebenaran. Berdusta berarti berbicara atau berbuat
melawan kebenaran untuk menyesatkan seseorang yang mempunyai hak untuk
mengetahui kebenaran. Rekayasa atau
manipulasi: rekayasa atau menipulasi berarti menyiasati atau mengarahkan
orang lain ke suatu tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri, meskipun
barangkali orang lain merugi. Rekayasa dan manipulasi bersifat mengelabui. Asal bapak senang: ABS adalah kata-kata
dan sikap manis yang dilakukan hanya sekadar untuk menyenangkan atasan,
meskipun barangkali jauh dari kebenarannya. Kata-kata dan sikap itu hanyalah
formalitas belaka. Fitnah dan umpatan: fitnah
atau umpatan ini sangat jahat, sebab yang difitnah tidak hadir dan tidak selalu
mengetahuinya sehingga sering kali tidak dapat membela diri.
2.
Sebab-sebab kebohongan: berbohong hanya sekedar iseng: orang
dapat berbohong hanya karena ingin menikmati kesenangan murahan. Orang merasa
senang jika ada orang lain yang tertipu. Berbohong
untuk memperoleh keuntungan tertentu: para pedangan misalnya, kadang-kadang
menipu supaya bisa mendapat untung lebih besar. Berbohong karena takut dalam
situasi terjepit: untuk menyelamatkan diri dari situasi yang sulit ia
terpaksa berbohong.
3.
Akibat kebohongan: bagi diri sendiri: mendapat kenikmatan semu dalam jangka pendek,
mengalami bencana pribadi dalam jangka panjang, kehilangan kredibilitas dan
kepercayaan. Bagi yang dibohongi:
pertama, yang dibohongi tentu saja mendapat gambaran yang salah dan bisa
mengambil tindakan yang fatal bagi dirnya, dan mungkin bagi orang lain juga. Kedua, pihak yang dibohongi bisa masuk
ke dalam komunikasi dan relasi semu dengan pihak yang membohonginya dan mungkin
juga dengan pihak lain. Bagi masyarakat
luas: banyaknya tindak penipuan, rekayasa, dan manipulasi bisa membawa dampak yang amat merugikan bagi
masyarakat luas.
Dalam
tradisi Gereja: firman
Tuhan kedelapan itu sudah ditafsirkan secara luas. Kita dilarang untuk
berbohong dalam segala bentuknya. Bagi orang Kristen, mengatakan kebenaran
adalah ungkapan cinta kasih. Jujur tidak hanya berarti bicara sesuai dengan
kenyataan, melainkan harus mengungkapkannya dalam sesuai dengan kenyataan,
melainkan harus mengungkapkannya dalam semangat cinta kasih. Maka kita tidak
perlu mengungkapkan semua kebenaran dengan sejujur-jujurnya tanpa memikirkan
perlunya, akibatnya, dan kewajarannya. Ada kalanya kebenaran tidak perlu
disebut-sebut, karena bila disebut akan berdampak buruk. Diam atau menyimpan kebenaran
tidak otomatis berdusta. Orang harus menggunakan lidahnya dengan baik
(bijaksana). Apalagi kalau kebenaran itu berhubungan dengan masalah rahasia
jabatan (imam, dokter, advokat). Kebenaran tidak boleh diungkapkan kepada
sembarangan orang tanpa mempertimbangkan perlunya dan tanpa persetujuan orang
yang bersangkutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar